Suka Cita Mengakui Kesalahan, Netizen Gak Bisa Ya Berdebat dengan Kalem?

Kita semua berdebat dan yakin bahwa kita benar. Namun, tidak ada seorang pun yang selalu benar. Mengakui bahwa kita mungkin salah dapat membuat kita menjadi teman yang lebih baik, orang yang lebih bahagia, dan pendukung yang lebih kuat bagi keyakinan kita. Ini disebut kerendahan hati intelektual – sebuah anugerah yang bisa kamu berikan pada diri kamu sendiri. Namun, kenapa mengakui kesalahan kita begitu sulit?

Pikiran dan pengalaman kita membentuk pandangan dunia kita. Mengakui kesalahan memang bisa membuat identitas kita hancur. Otak kita bereaksi terhadap keyakinan yang ditantang seperti halnya ancaman fisik. Tentu saja, kita menghindari ancaman seperti itu dan mengelilingi diri kita dengan orang-orang yang berpikiran sama. Semua orang bisa jatuh ke dalam perangkap ini, tapi kita bisa membebaskan diri. Kita hanya perlu menerima bahwa pengetahuan kita mungkin tidak lengkap atau salah. Ini tidak berarti kita gagal – ini bisa melegakan dan memungkinkan pertumbuhan pribadi.

Mereka yang mempraktikkan kerendahan hati intelektual akan membuat keputusan lebih baik, menjalin hubungan lebih mendalam dengan orang lain, dan lebih toleran. Di dunia sekarang ini, ada tekanan untuk selalu tampil benar, namun mengakui kesenjangan dalam pengetahuan kita bukanlah sebuah kelemahan – ini adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang setiap hari.

Faktanya, orang-orang yang rendah hati secara intelektual lebih baik dalam mengenali argumen-argumen yang meyakinkan, sehingga membantu mereka menjadi pembela keyakinan mereka yang lebih efektif.

Diri kamu saat ini hanya ada karena diri kamu di masa lalu ingin tumbuh dan berubah. Merangkul kerendahan hati intelektual memungkinkan kita terus menyempurnakan pemahaman dan meningkatkan pandangan dunia kita.

Ref: Why Some People Will Never Admit They’re Wrong [Internet]. Psychology Today. 2018 [cited 2024 Jan 11].

Tinggalkan komentar